Arsip Blog

Sabtu, 21 Desember 2013

Pengertian akad

PENGERTIAN AKAD
Kata akad berasal dari bahasa arab al-‘aqd yang secara etimologi berarti perikatan, perjanjian, dan pemufakatan (al-ittifaq). Secara terminologi akad didefinisikan dengan:
إرتباط إيجاب بقبول على وجه مشــروع يثبت أثره في محلّه.
“pertalian ijab (pernyataan melakukan ikatan) dan kabul (pernyataan penerimaan ikatan) sesuai dengan kehendak syariat yang berpengaruh kepada objek perikatan”.
Kata-kata yang dicantaumkan “sesuai dengan kehendak syariat” maksudnya bahwa seluruh perikatan yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih tidak di anggap sah apabila tidak sejalan dengan kehendak syara’. Misalnya, kesepakatan untuk melakukan transaksi riba, menipu orang lain, atau merampok kekayaan orang lain. Adapun percantuman kata-kata “berpengaruh pada objek perikatan” maksudnya adalah terjadinya perpindahan pemilikan dari satu pihak ( yang melakukan ijab) kepada pihak yang lain (yang menyatakan kabul).
Habi Ash Shiddieqy, yang mengutip definisi yang dikemukakan Al-Sanhury, akad ialah:
إرتباط إيجاب بقبول على وجه مشــروع يثبت التراضى
“perikatan ijab dan kabul yang dibenarkan syara’ yeng menetapkan kerelaan kedua belah pihak”.
Ada pula yang mendefinisikan, akad ialah:
ربط أجزاء التصرف بالإيجاب والقبول شرعا.
Ikatan atas bagian-bagian tasharruf (pengelolaan) menurut syara’ dengan cara serah terima”.
Rukun-Rukun dan Syarat-Syarat Akad.
1.    Rukun-Rukun Akad.
Rukun-Rukun akad sebagai berikut:
a.  ‘Aqaid, adalah orang yang berakad
b.    Ma’qud ‘alaih, ialah benda-benda yang diakadkan, seperti benda-benda yang dijual dalam akad jual beli, dalam akad hibah (pemberian), gadai, utang yang dijamin seseorang dalam akad kafalah.
c.    Maudhu’ al-aqd, yaitu tujuan atau maksud pokok mengadakan akad. Dalam akad jual beli misalnya tujuan pokok yaitu memindahkan barang dari penjual kepada pembeli dengan diberi ganti.
d.   Shighat al-aqd yaitu ijab kabul.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam sighat al-aqd ialah:
1)      Shighat al-aqd harus jelas pengertiannya.
2)      Harus bersesuaian antara ijab dan kabul
3)      Menggambarkan kesungguhan kemauan dari pihak-pihak yang bersangkutan, tidak terpaksa, dan tidak karena diancam atau ditakut-takuti oleh orang lain karena dalam tijarah (jual beli) harus saling merelakan.
Mengucapkan dengan lidah merupakan salah satu cara yang ditempuh dalam mengadakan akad, tetapi ada juga cara yang lain dapat menggambarkan kehendak untuk beraka. Para ulama fiqh menerangkan beberapa cara yang ditempuh dalam akad, yaitu:
1)      Dengan cara tulisan (kitabah), misalnya dua ‘aqaid berjauhan tempatnya, maka ijab kabul boleh dengan kitabah. Atas dasar inilah para fuqaha membentuk kaidah:
الكتابة كالخطاب
“tulisan itu sama dengan ucapan”
Dengan ketentuan, kitabah tersebut dapat dipahami kedua belah pihak dengan jelas.
2)      Isyarat. Bagi orang-orang tertentu, akad atau ijab dan kabul, tidak dapat dilaksanakan dengan ucapan dan tulisan, misalnya seseorang yang bisu tidak dapat mengadakan ijab kabul dengan bahasa, orang yang tidak pandai tulis baca tidak mampu mengadakan ijab dan kabul dengan tulisan. Maka orang yang bisu dan tidak pandai tulis baca tidak dapat melakukan ijab kabul dengan ucapan dan tulisan. Dengan demikian, kabul atau akad dilakukan dengan isyarat. Maka dibuatkan kaidah sebagai berikut:
الإشارة المعهودة لأخرس كالبيان باللسان
“isyarat bagi orang bisu sama dengan ucapan lidah”.
3)      Ta’athi (saling memberi), seperti seseorang yang melakukan pemberian kepada seseorang dan orang tersebut memberikan imbalan kepada yang memberi tanpa ditentukan besar imbalannya. Dengan contoh sebagai berikut: seorang pengail ikan sering memberikan ikan hasil pancingannya kepada seoarng petani, petani ini mwemberi beberapa liter beras kepada pengail yang memberikan ikan tanpa disebutkan besar imbalan yang dikehendaki oleh pemberi ikan. Proses diatas dinamakan ta’athi, tetapi menurut sebagian ulama, jual beli seperti itu tidak dibenarkan.
4)      Lisan al-hal. Menurut sebagian ulama, apabila seseorang meninggalkan barang-barang dihadapan orang lain, kemudian dia pergi dan orang yang di tinggali barang-barang itu berdiam diri saja, hal itu dipandang telah ada akad ida’ (titipan) antara orang yang meletakkan barang dan yang  menghadapi barang titipan ini dengan jalan dalalah al-hal.


1 komentar:

  1. Hubungi : 0822 – 9914 – 4728 (Rizky)
    Menikah adalah tujuan dan impian Semua orang, Melalui HIS Graha Elnusa Wedding Package , anda bisa mendapatkan paket lengkap mulai dari fasilitas gedung full ac, full carpet, dan lampu chandeliar yg cantik, catering dengan vendor yang berpengalaman, dekorasi, rias busana, musik entertainment, dan photoghraphy serta videography.
    Kenyaman dan kemewahan yang anda dapat adalah tujuan utama kami.

    BalasHapus