Shalat Qiyam Ramadhan (Tarawih)
dinukilkan dari kitab Ibnu Rusyd "Bidayah Al Mijtahid Wa Nihayah" dan Ulama Modern Lainya.
A.
Pengertian Tarawih
Tarawih berasal
dari kata Kata “tarawih”merupakan bentuk jamak (plural)
dari tarwihah, artinya istirahat untuk menghilangkan kepenatan,
berasal dari kata “ar-rahah” (rehat) yang berarti
hilangnya kesulitan dan keletihan. Shalat ini disebut “ Tarawih” karena
dahulu para jama’ah duduk istirahat setiap selesai shalat 4 rakaat.
B. Hukum Shalat Tarawih
الباب الخا مس - في قيام رمضان
واجمعوا على ان قيام شهررمضان مرغب فيه اكثر من سائر الأشهر لقوله عليه الصلاة والسلام "من قام رمضان ، إيمانا ، واحتسابا غفرله ماتقدم من ذنبه " وان التراويح التي جمع عليها عمر بن الخطاب الناس مرغب فيها ، وان كانوا اختلفوا اي افضل؟ أهي ، اوالصلاة آخر الليل ؟ أعني التي كانت صلاة رسول الله صلى الله عليه الصلاة والسلام ، لكن الجمهور على ان الصلاة آخر الليل افضل لقوله عليه الصلاة والسلام " أفضل الصلاة صلاتكم في بيوتكم إلاّالمكتوبة" ولقوله عمر فيها : والتي تنامون عنها أفضل.
BAB yang ke
Lima Matan Kitab Bidayah Mujtahid Wanihaytul Muqtashid– Mendirikan Shalat Malam
Ramadhan.
Para ulama
sepakat menetapkan bahwa shalat sunat di malam hari pada bulan ramadhan lebih
banyak daripada di luar pada bulan ramadhan, Sebagaimana hadits nabi SAW:
من قام رمضان ايماناواحتسابا غفرله ماتقدم من ذنبه. (اخرجه
البخاري ومسلم)
Barangsiapa salat malam dan menjalani kewajiban pada bulan ramadhan
karena dorongan iman dan mengharap ridha Allah, Maka Allah Akan mengampuni
dosanya yang telah lalu. ( HR. Bukhari dan muslim). Dan bahwa Shalat tarawih dengan jamaah seperti
yang telah dilakukan oleh Umar bi Khattab r.a juga dianjurkan. Walaupun ada
masalah yang dipertentangkan, yaitu mana yang lebih utama shalat tarawih
seperti itu atau shalat sunat di akhir malam.
1.
Menurut Jumhur ulama, shalat
di akhir malam lebih utama dari pada shalat tarawih di malam hari setelah shalat isya,
dengan dasar yang telah disebutkan tadi diatas:
افضل
الصلاة صلاتكم في بيوتكم الا المكتوبة
(اخرحه البخارى و مسلم)
Salat Sunat yang paling utama adalah shalat yang kamu lakukan dirumah
kecuali shalat wajib (maktubah) (HR. Bukhari dan Muslim).
2.
Pendapat Umar bin Khattab r.a
tentang shalat malam:
والتي تنامون عنها افضل
“Salat malam yang lebih utama adalah shalat yang kalian lakukan setelah
tidur”
C.
Jumlah Rakaat Tarawih
و اختلفوا في المختار من عدد الركعات التي يقوم بها الناس في رمضان فختار مالك في احد قوليه ، وابو حنيفة ، والشافعي واحمد وداود القيام بعشرين ركعة سوى الوتر ثلاث
Dan terjadinya perbedaan pendapat dalam bilangan rakaat yang dikerjakan
oleh setiap orang pada bulan ramadhan, Maka Imam Malik memilih salah satu dari
dua pendapat, dan Abu Hanifah, Syafii, Ahmad dan Dawud, jumlah shalat tarawih
itu dua puluh rakaat selain witir. Dan yang dituturkan oleh ibnu Qasim, lebih
baik dikerjakan sebanyak tiga puluh enam rakaat ditambah tiga rakaat witir.
Amalam para sahabat dan Tabiin Sebagai berikut:
وسبب اختلافهم اختلاف النقل في ذلك وذلك ان مالكا روى عن يزيد ابن رومان قال: كان الناس يقومون في زمان عمر بن الخطاب بثلاث وعشرين ركعة وخرج ابن ابي شيبة عن داود بنقيس قال: ادركت الناس بالمدينة في زمان عمر بن عبد العزيز وابان بن عثمان يصلون ستا وثلاثين ركعة ويوترون بثلاث وذكر ابن قاسم عن مالك انه الامر اقديم: يعني القيام بست وثلاثين ركعة
Dan sebab Mereka berbeda pendapat yaitu perbedaan dalam menukilkan dalil
yaitu Malik meriwayatkan (amalam para sahabat) dari Yazid Bin Ruman, dia
berkata:
كان الناس يقومون في زمان عمر بن الخطاب بثلاث وعشرين ركعة.
Para sahabat dan orang-orang di zaman umar bin khattab melakukan shalat malam
sebanyak dua puluh tiga rakaat”. Dan Ibnu Abi Syaibah
meriwayatkan amalan tabiin dari Dawud bin Qais, dia berkata:
ادركت الناس بالمدينة في زمان عمر بن عبد العزيز وابان بن عثمان يصلون
ستا وثلاثين ركعة يوترون بثلاث.
Saya mendapati
orang-orang (tabiin) di Madinah pada masa umar bin Abdul Aziz dan Abban
Bin Usman mereka shalat tarawih sebanyak tiga puluh enam rakaat dan shalat
witir tiga rakaat.
Dan Ibnu Qasim menyebutkan
riwayat dari Malik seperti yang di sebutkan bahwa itu perintah yang qadim (lampau),
yakni Shalat tiga puluh enam rakaat.
Ulama
kontemporer juga yaitu Prof wahbah Az Zuhaili memberikan argument tentang Shalat
tarawih yang merupakan shalat sunah mu’akkadah yang jumlah bilangannya dua
puluh rakaat.orang ysng pertama kali melakukan shalat adalah Rasulullah
saw..Abu Huraira berkata,”Rasulullah saw.suka melakukan shalat qiyam pada bulan
ramadhan tanpa menyuruh dengan tegas.beliau hanya bersabda,
عن ابي هريرة رضي الله عنه ان رسول الله صلي الله عليه وسلم قال:
من قام رمضان ايماناواحتسابا غفرله ماتقدم من ذنبه. رواه البخاري
“siapa saja
yang menjalankan sholat qiyam pada bulan ramdhan dengan landasan iman dan
mengharapkan pahala,maka Allah akan mengampuni dosa-dosa yang telah lalu. Adapun
dalil shalat tarawih dua puluh rakaat yang dikutib oleh Wahbah Zuhaili adalah;.
Hadits riwayat malik dari Yazid bin Ruman ,ia
berkata,”orang-orang pada masa umar melakukan shalat qiyam ramadhan sebanyak
dua puluh tiga rakaat.”rahasianya adalah bahwa shalat rawatib jumlahnya sepuluh
rakaat, lantas dilipatkan pada malam ramadhan karena bulan tersebut termaksud
waktu untuk giat beribadah. Jumlah ini sudah menjadi ijma sahabat. Dalam kitab
Al-Syaafii Abu Bakar bin Abdul Aziz meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Nabi saw
melakukan shalat pada bulan ramadhan sebanyak 20 rakaat. Khalifah Umar sendiri
ketika menyuruh Ubai bin Ka’ab untuk memimpin shalat qiyam juga menganjurkan
agar shalat dua puluh rakaat.
Dan pendapat
yang mengatakan bahwa shalat tarawih 8 rakaat dan dilanjutkan dengan witir 3
rakaat ialah: Dalil-dalil yang dikemukakan oleh
golongan yang berpendapat raka’at shalat Tarawih adalah sebelas raka’at, antara
lain :
1.Hadits dari Aisyah :
مَا
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ
وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا
تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ
حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي ثَلَاثًا .
Artinya : Nabi tidak pernah lebih
dari 11 raka’at baik di Ramadhan maupun bulan-bulan lainnya. Beliau shalat 4
rakaat, jangan ditanya tentang bagus dan panjangnya, kemudian beliau shalat
lagi 4 raka’at, jangan ditanya tentang bagus dan panjangnya, kemudian beliau
shalat 3 raka’at.(H.R. Bukhari dan Muslim)
Perkataan “wala fii ghairihi”
menunjukkan bahwa shalat yang dimaksud pada hadits ini bukanlah shalat Tarawih,
karena shalat Tarawih tidak terdapat diluar Ramadhan. Jadi, menjadikan hadits
ini sebagai dalil bilangan raka’at shalat Tarawih sungguh merupakan suatu yang
tidak tepat sama sekali. Oleh karena itu, Ibnu Hajar al-Haitamy tidak
menempatkan hadits di atas sebagai dalil raka’at shalat Tarawih, tetapi beliau
menjadikan sebagai dalil jumlah raka’at shalat Witir. Apalagi
menetapkan jumlah raka’at Tarawih sebelas raka’at berdasarkan hadits di atas
bertentangan dengan ijmak sahabat yang terjadi pada masa Umar bin Khatab.
Imam al-Ramli juga tidak
menempatkan hadits di atas sebagai penentuan raka’at Tarawih, tetapi beliau
juga menempatkannya sebagai dalil raka’at Witir.
Shalat tarawih
sunnahnya dilakukan dengan shalat berjamah dan dengan bacaan jahar atau
keras.Abu Dzar berkata,”Rasullullah saw pernah mengumpulkan keluarga dan para
sahabat lantas beliau bersabda,
“siapa saja yang ikut shalat qiyam bersama
imam hingga selesai maka ia dicatat dalam kelompok orang yang mendapat pahala
qiyam lail”.
Bacaan Dalam Shalat Tarawih
Imam ahmad
berkata, “Dalam shalat tarawih, sebaiknya sebagai imam menbaca ayat-ayat pendek
atau ringan agar tidak memperberatkannya terlebih jika waktu hitungan malamnya
pendek. Berat ringannya tergantung kesiapan atau kebiasaan para makmum
(orang-orang) dan Qadhi Abu Ya’la Berkata: disunatkan (mustahabu) mengkhatamkan
Al-Quran dalam shalat Qiyam Ramadhan, karena tujuannya untuk mendengarkan
kepada orang-orang seluruh isi Al-Qur’an, dan tidak juga menambah khatamnya
melebihi satu kali jika terjadi persoalan atas siapa saja yang berbeda.
Sunnahnya shalat terawih itu dimulai dengan
bacaan surah al-Alaq karna surat itulah yang pertama kali turun. Kemudian
setelah sujud tilawah pada akhir surat, maka bangkit lagi dan membaca surat
Al-Baqarah.
Dan Sayyid
sabiq dalam Kitabnya menyatakan:
Tidak ada bacaan dalam tertentu yang
disunnahkan dalam qiyam Ramadhan. Diceritakan bahwa para ulama salaf membaca
200 ayat dan karena panjangnya bacaan, mereka bersandar ke tongkat. Mereka baru
menyelesaikan sholat setelah malam sudah mendekati subuh. Mereka segera meminta
pembantu mereka menyiapkan makan sahur agar tidak terburu subuh. Mereka membaca
surah Al-BAQARAH dalam 8 rakaat. Jika sekali waktu dibaca dalam 12 rakaat, yang
demkian itu terhitung sebagai upaya meringankan.
Ibnu Qudamah menyebutkan, “ Ahmad
berkata, ‘ saat menjadi imam qiyam Ramadhan , sebaiknya memilih bacaan yang
ringan dan tidak memberatkan para makmum, terutama di malam – malam yang
pendek.
Al-Qadhi berkata, “ tidak dianjurkan
kurang dari sekali khatam Al-Qur’an dalam sebulan Ramadhan agar kaum muslimin
mendengarkan seluruh Al-Qur’an juga tidak dianjurkanmelebihi sekali khatam
Al-Qur’an agar tidak memberatkan makmun. Sebaiknya , Kondisi para makmun harus
diperhatikan. Jika jamaah setuju dengan bacaan panjang, itu lebih baik,
sebagaimana dikatakan oleh Abu Dzar. ‘ kami pernah qiyam Ramadhan bersama
Rasulullah hingga kami khawatir ketinggalan makan sahur. Imam shalat membaca
200 ayat.”
Niat
Shalat Terawih.
niat shalat terawih dilakukan tiap dua rakaat, namun sunnahnya
dibaca denagn suara rendah,
“saya niat shalat sunnat tarawih dua rakaat”
Niat dalam ibadah sangat pentig karena rasulullah saw bersabda
“amal ibadah tergantung niatnya” setelah empat rakaat shalat terawih terhenti
sejenak untuk istirahat.
Boleh juga tidak melakukan istirahat
meskipun sudah empat rakaat, dan tidak berdoa ketika sedang beristirahat karena
tidak ada perintah. Namun setelah selesai shalat tarawih, tidak makhruh untuk
melantunkan doa.
Waktu
Shalat Tarawih
Waktu shalat tarawih mulai dari setelah shalat ba’diyah insya
sampai terbit pajar kedua. Shalat tarawih tidak sah jika dilakukan sebelum
shalat isya. Jika ada orang setelah shalat isya lantas, melakukan shalat
tarawih, namun kemudian ia ingat bahwa ketika melakukan shalat isya ia dalam
keadaan tidak punya wudhuk, maka ia harus mengulang shalat isya dan shalat
tarawih.
Jika samapai waktu shalat tarawih
habis dan belum sempat shalat maka tidak di khada shalat tarawih boleh
dilakukan setelah shalat isya lansung sebelum shalat shalat ba’diyahnya. Akan
tetapu afdhalnya shalat tarawih dilakukan setelah shalat ba’diyah isya.
Shalat
Witir Setelah Shalat Tarawih
Setelah shalat tarawih, disunnahkan untuk melakukan tiga rakaat
shalat witir dengan berjamaah. Jika malamnya melakukan shalat tahajud, maka
shlat witir dilakukan stelahnya karena rasulullah saw bersabda, “dirikanlah
shalat witir sebagai penutup shalat kalian.” Akan tetapi jika malamnya tidak
melakukan shalat tahajud, maka sebaiknya shalat witir bersama imam agar
mendapat pahala jamaah.
Siapa saja yang menjalankan shalat
witir, baik berjamah maupun sendirian, kemudian ingin melakukan shalat sunnah
lain maka shala witirnya tidak batal. Artinya, tidak perlu menggenapkannya lagi
dengan satu rakaat. Pendapat ini menurut mazhab syafi’iyah dengan dalil
perkataan syaidah aisyah ketika ditanya tentang orang yang membatalkan
witirnya. “orang itu mempermainkan shalat witirnya.” Setelah sahalat witir,
seorang boleh melakukan shalat tahajud hingga menjelang subuh. Karna rasulullah
saw. Sendiri pernah melakukan shalat dua rakaat setelah witir. Akan tetapi
setelah itutidak melakukan witir kagi, karena witirnya sudah dilakukan sebelum
tahajud, rasulullah juga bersabda yang artinya”
“tidak ada dua witir dal semalam”.
D. Kesimpulan
Dalam hal ini kita dapat
menyimpulan bahwa shalat tarawih dalam bulan Ramadhan merupakan suatu amaliya
yang sunnah muakkadah bagi semua ummat islam dalam menghidupkan bulan
Ramadhan,.
Dan para ulama berbeda pendapat karena dalil yang mereka jadikan sebagai
rujukan atas pelaksanaan shalat tarawih atau qiyamul laili.
Bilangan Rakaat shalat adalah letak terjadinya perbedaan pendapat ulama
dalam permasalahan shalat tarawih.
[1] Abu Hafizhah, Fiqih Ramadhan,
Ponorogo: Forum Kajian Ash-Shabru,2012, hlm. 45